“ Para Sineas Muda NTT sangat kreatif
menuangkan ceritera fiksi dalam bentuk
film pada FFPD ini. Mereka memang layak untuk didukung oleh masyarakat dan
Pemerintah NTT sehingga karya-karya mereka berguna bagi pembangunan dan
pendidikan karakter bangsa “.
Hal
ini merupakan pengakuan Pieter kembo yang adalah penanggungjawab
penyelenggaraan Festival Film Pendek dan Dokumenter se Nusa Tenggara Timur yang bertemakan FILM NTT BANGKIT, melibatkan
22 Kabupaten.
Ditemui
disela-sela kesibukan menulis naskah dirumahnya komplek BTN Kolhua, dia
menjelaskan secara detail mengapa ia dan organisasi LSP Teater Pluss mau
melakukan Festival Film dengan menelan dana ratusan juta rupiah tersebut.
Kata
Pieter, begitu banyak komunitas di NTT sangat berbakat membuat film, mereka
kreatif membuat film-film pendek dan banyak yang dimuat dalam media sosial.
Katanya
dengan bakat dan kreatif dimiliki itu, patut didorong agar maju berkembang dan
pada akhirnya karya-karya itu bisa digunakan pemerintah untuk film pendidikan karakter
serta mempromosi wisata budaya yang ada
di Nusa Tenggara Timur. Oleh karena itu, mereka harus diberikan apresiasi dalam
ajang Festival, sehingga terdorong dan bisa memproduksi film-film berkualitas
yang bermanfaat positif bagi pembangunan daerah kita.
Selain
itu juga, kata Pieter, dia ingin memperkenalkan kepada Pemerintah NTT bahwa,
adanya kaum sineas-sineas muda yang kreatif dan tangguh yang bisa dijadikan
salah satu elemen untuk turut membangun provinsi Nusa tenggara Timur lewat
film-film bernilai.
“ Saya kira itulah sebab mengapa saya
melakukan festival film ini walaupun harus banyak mengorbankan biaya yang cukup
besar. Saya lakukan karena ada nilai-nilai yang berdampak positif bagi
pembangunan dan kehidupan manusia “,
tegas Pieter.
Menurutnya,
dana yang digunakan pada Festival ini memang terbilang cukup besar, namun itu tidak
berarti bagi nilai-nilai dari film-film yang kreatif.
Katanya,
dana yang diperoleh untuk kegiatan ini diperoleh dari Pusat Pengembangan Film
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebesar 40 juta, , dari pemerintah
Provinsi 15 juta, dari donatur bapak Josep A.Nae Soi dan Keluarganya sebesar 20
juta dan 31 juta adalah tanggungan dirinya bersama Lembaga Swadaya Perfilman NTT Teater Pluss,
yang dia pimpin saat ini.
Dia
merincikan kebutuhan menyangkut rangkaian Festival Film tersebut adalah, mulai
dari persiapan dan promosi menelan biaya 6 juta rupiah, kegiatan DISKUSI
FIM memakan biaya 23 juta, pengumpulan
film festival dari 22 kabupaten menelan biaya 7 juta rupiah, transportasi darat
dan udara serta penginapan bagi tamu Nara Sumber Pusat, Juri Pusat, Anggota
Panitia memakan biaya 17 juta rupiah, biaya gedung bioskop dan konsumsi nonton
bareng 4 juta rupiah dan yang terakhir biaya apresiasi buat 7 Film Terpilih Terbaik menelan biaya 44 juta
rupiah, sehingga total dana pada pelaksanaan Diskusi Film dan Festival Film
Pendek-Dokumenter NTT Bangkit 2018 ini memakan biaya sebanyak 101 jutaan
rupiah.
“
Dampak positif yang diperoleh dari Diskusi Film dan Festival Filn NTT ini
adalah para komunitas mampu memproduksi film Fiksi dan Dokumenter yang
berkualitas mendidik dan bersaing secara
nasional. Hal ini terbukti dengan perolehan nilai yang ditetapkan oleh dewan
Juri Tingkat Nasional yaitu Hadi Artomo, Sn dari Isntitut Kesenian Jakarta dan
IGP Wiranegara, Sn dari Universitas Budi Luhur jakarta”, ucap Pieter.
Film
berjudul KITA UNTUK SIAPA, dari komunitas RAIDER PRODUCTION asal Timor Tengah
Selatan, terpilih sebagai FILM TERBAIK I
FFPD NTT BANGKIT 2018, disusul dengan film A MATES, karya Mozaik
Nanentom Production dari Timor Tengah
Utara terpilih sebagai FILM TERBAIK ke II, sedangkan Film Terbaik ke III
berjudul CAHAYA DISUDUT HATI karya OMK Naesleu dari TTU.
Sedangkan
untuk kategori FILM HARAPAN FFPD NTT BANGKIT 2018, diraih oleh 4 komunitas
film, masing-masing, Kaki Kereta, Name-N, A97 Cinema dan komunitas 10 kaki,
yang keempatnya ini berasal dari kota kupang.
“ Semoga diwaktu mendatang,
penyelenggaraan FFPD NTT BANGKIT ini lebih baik lagi berkat dukungan berbagai pihak,
baik dari pemerintah daerah, pemerintah pusat dan masyarakat “, tuturnya.( **KPR).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar