“ setia pertemuan dalam muatan
lokal membutuhkan 2 jam, jika film daerah hanya 1 jam maka tidak bisa memenuhi
waktu. Judul film juga harus berganti-ganti agar para murid tidak merasa jenuh
menontonnya “. Hal ini
diungkapkan oleh Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kupang, ketika ditemui Wartawan
Exodus Pos diruang kerjanya, beberapa saat lalu.
Katanya, dia sangat mengapresiasi rencana pemutaran
film-film daerah sebagai muatan lokal di sekolah-sekolah, sesuai pemberitaan
terkait peluncuran film ceritera rakyat Ine pare atau Dewi Padi, yang di putar
di Bioskop Sekolahnya pada sabtu 14/02/2015, yang lalu.
Menurutnya, memang film-film daerah NTT memiliki makna
yang luas untuk membentuk karakter para remaja kita, namun apabila hanya satu
dua film saja yang diproduksi, maka, tentu tidak bisa dijadikan pelajaran Muatan
Lokal.
Katanya, setiap pertemuan dalam pelajaran muatan lokal
membutuh 2 jam, sedangkan sesuai pengetahuannya, baru satu judul film ceritera
rakyat yang ada, durasi tayangnya pun hanya 45 mrnit, sehingga tentu belum bisa dijadikan muatan
lokal.
“ Jika pemerintah NTT ingin agar
film-film budaya daerah dijadikan muatan Lokal , tentunya harus di produksi
beberapa judul lagi, sehingga pada setiap pertemuan dalam pelajaran muatan
lokal, judul film dapat berganti-ganti, supaya tidak membuat para siswa merasa
bosan atau jenuh “,
tandasnya.
Kepada Exodus Pos, sosok pribadi yang religius dan
murah senyum ini, mengatakan lagi, memang Pelajaran Muatan Lokal lewat
penayangan Film Film Ceritera dan budaya daerah kita, sangat bagus dan tepat,
tapi sayang, persediaan atau stok film-film daerah kita hanya sedikit sekali,
oleh karena itu, dia mengaharapkan, adanya perhatian dan dukungan pemerintah
kita kepada para seniman dan artis
daerah dalam rangka pembuatan produksi film-film ceritera rakyat dan
budaya daerah yang ada di Nusa tenggara Timur.
“ Banyak ceritera rakyat dan
budaya asli kita yang menarik dan bermakna membangun jiwa dan raga, namun kita
belum bisa mengangkatnya dalam bentuk film-film pendek dan dokumenter. Jika ada
perhatian serius dari para wakil rakyat dan pemerintah kita di berbagai
tingkatan, maka saya yakin, ceritera-ceritera rakyat dan budaya-budaya pesona
kita, bisa di produksi menjadi film-film yang dapat membentuk karakter generasi
muda kita. Dan generasi muda kita bisa terhindar dari hal-hal negatif yang ada
dalam film-film masa kini yang tidak jelas nilai-nilainya “, tandasnya mengakiri pembicaraan. ( ExPos.02).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar