MANUSIA HARUS DIMANUSIAKAN
Oleh : Soeko, SH.MH.
( Staf Pengajar SMA
Muhammadiyah Kupang)
Banyak Plesetan yang mengatakan NTT adalah
Nanti Tuhan Tolong, serasanya benar, buktinya permasalahan rakyat miskin di
Kota Kupang semakin hari semakin bertambah dan tak pernah mengalami perubahan yang berarti.
Disana-sini semakin banyak pemulung yang berjalan memilih sampah sambil membawa
anak-anak mereka yang menangis karena lapar. Di perempatan jalan dan
pasar-pasar, terlihat pengemis duduk meminta-minta dengan wajah kusut dan
kering. Di beberapa warung-warung makan pasar malam hari, tampak beberapa orang
mengamen. Inilah yang Nampak jelas kita lihat sekarang ini. Masih banyak juga
pada setiap malam, anak-anak muda remaja kumpul-kumpul duduk Miras di emperan
toko-toko lalu saling baku hantam bahkan saling bunuh. Wajah malam kota kupang
selalu saja dihiasi dengan suasana anak muda yang selalu Miras.
Perhitungan pemerintah tentang menurunnya
angka kemiskinan dalam kota kupang terkesan berlawanan dengan fakta yang kita
lihat. Pemerintah mengatakan angka kemiskinan menurun tetapi jumlah pemulung
dan pengemis bertambah, rumah-rumah warga yang hampir roboh tak pernah
tersentuh perhatian pemerintah. Yang terlihat jelah perobahan di kota ini
adalah bertambah banyaknya ruko-ruko. Pertamina baru, hotel-hotel baru milik
pengusaha-pengusaha tertentu saja. Banyak lagi rumah-rumah MBR yang dibangunan dan
ditempati oknum-oknum PNS tertentu bahkan ada juga anak pejabat yang
mendapatinya. Inilah perkembangan-perkembangan yang kita lihat dalam kota
Kupang dewasa ini, pertanyaannya, angka kemiskinan mana yang menurun ?
Menurut Soeko, semua permasalahan tersebut
bisa teratasi jika kita memiliki wakil rakyat yang benar-benar aspiratif, wakil
rakyat kita harus benar-benar mencermati serius kendala- kendala yang membuat
rakyat hidup semakin terpuruk. Wakil rakyat harus menyadari kalau dirinya
dipilih rakyat menjadi wakil yang berdayaguna. Wakil rakyat yang dipilih pun
harus menyadari bahwa mereka adalah wakilnya rakyat, jangan seperti yang
terjadi sekarang kerapkali seorang anggota dewan berlagak seperti kepala nya
rakyat, rakyat yang datang ingin menyampaikan aspirasinya selalu saja sulit
bertemu dan duduk bersama. Rakyat kerapkali mendatangi rumah sang wakilnya
namun ajudan sang wakil menanyakan macam-macam alas an kedatangan rakyat yang
adalah kepala mereka. Inilah yang harus dirobah pemahamannya, yakni, rakyat
adalah kepala dan anggota DPR itu adalah wakilnya. Pemahaman terbalik akan
membuat rakyat semakin sulit hgidupnya sebab orang yang dia pilih menjadi
wakilnya ternyata tak bisa diharapkan.
Sehubungan dengan permasalah di atas, maka
menurut Soeko, pada pemilu legislative 2014 nanti, rakyat harus benar-benar
lebih teliti memilih para caleg yang bisa diharapkan menjadi wakil mereka yang
bermanfaat. Rakyat harus memilih orangt-orang yang nantinya tidak berlagak
seperti bosnya rakyat. Rakyat jangan tergiur dengan uang atau barang-barang
yang diberikan oleh para caleg agar meloloskan mereka menduduki kursi DPR.
Rakyat jangan memilih mereka yang hanya mau menjadi dermawan ketika masuk bursa
caleg. Rakyat jangan memilih mereka yang hanya pintar omong dengan obral
janji-janji yang tak mungkin direalisasi. Indikasi ketidakmampuan seseorang
caleg dalam memperjuangkan martabat rakyat terlihat jelas ketika dia hanya
mengandalkan uang atau barang untuk merebut simpati masyarakat.
Soeko meambahkan, harga seekor ayam jantan
berkisar 200 sampai 300 ribu rupiah, bahkan ada yang 500 ribu ke atas. Jika
caleg memberikan sedikit beras, sedikit supermi dan sedikit minyak goreng dan
terigu yang kalau dijumlah berkisar 100 ribu lebih, lalu caleg tersebut
diberikan suara sebagai bentuk barter, maka ini namanya pelecehan martabat
rakyat, kenapa disebut demikian ?, karena suara rakyat lebih murah dari harga 1
ekor ayam jantan. Atau dengan kata yang tepat bahwa harga seekor ayam jantan
lebih mahal dari suara rakyat tersebut. Ini namanya konyol, masa harga suara
kita lebih murah dari seekor ayam jantan?.
Untuk menegakkan harga diri rakyat, maka
rakyat sendirilah yang harus menegakkannya dengan cara yang terhormat dan
bermartabat, yakni jangan pilih caleg karena uang atau barang, sebab harga diri
rakyat akan tergadaikan selama 5 tahun kedepan. Rakyat yang memilih caleg
karena uang atau barang tersebut, tidak akan dipeduli oleh sang caleg ketika
duduk di DPR, sebab suara rakyat telah dibeli putus dengan uang yang tak
seberapa itu, ucap Soeko tegas.
“ Jika
kita membeli suara rakyat dengan harga dibawah seekor ayam jantan, maka ini
namanya kita tidak memanusiakan manusia, karena harga hewan lebih mahal dari harga
seorang manusia. Jika kita tidak menggunakan uang atau barang untuk memperoleh
dukungan suara rakyat, maka itu baru namanya kita ingin memanusiakan manusia,” ucap Soeko dengan
nada serius.
Soeko mengakhiri komentarnya, jika pada lima
tahun kedepan masyarakat mengharapkan adanya perobahan hidup yang lebih baik
dari sekarang, maka pada pileg 2014 nanti, masyarakat harus memilih para caleg
yang benar-benar memiliki kualitas yang handal. Kaya atau miskin seorang caleg
janganlkah dijadikan ukuran dalam memilih, jika caleg tersebut memiliki
pengetahguan yang cukup dan memiliki moral yang baik dalam masyarakat, maka
caleg tersebut harus dijadikan ukuran dalam memilih. ( Expos 03).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar