Sabtu, 21 September 2013

Warga RT.08 Kelurahan Namosain, KELUHKAN BANTUAN PEMBERDAYAAN NELAYAN



mAKLON FOTO    “ Begitu banyak bantuan nelayan pesisir yang kami dengar, berbagai bantuan penguatan ekonomi rakyat yang kami ketahui, tetapi sejak kecil hingga tua kami menjalani hidup sebagai nelayan sampan, tetapi tidak pernah mendapat bantuan pengembangan usaha kami. Kami dan semua  terkesan tidak dipeduli oleh pemerintah kita dalam hal pemberian bantuan usaha, padahal hidup kami sangat sulit. Kerinduan kami untuk bisa merobah hidup tidak pernah tersampaikan. Benarkah hanya kami dan keluarga yang tak boleh mendapat bantuan dari pemerintah ? “. Hal ini di ungkapkan oleh Maklon Nafu, mewakili beberapa anggota masyarakat RT 08 Namosain, saat bertemu dengan wartawan Exodus Pos di rumah sala satu tokoh masyarakat RT,08, Gaby, di  Rumah Tujuh Namosain, beberapa waktu lalu.

    Kepada tabloid ini, Maklon Nafu, mengeluhkan, walaupun ada banyak bantuan-bantuan yang telah diberikan pemerintah pada masyarakat kelurahan Namosain, dia dan kakak beradik serta keluarganya tak pernah mendapatinya, entah apa sebabnya dirinya tidak tahu, padahal dia dan keluarganya adalah penduduk asli wailayah RT 08 Rumah Tujuh kelurahan Namosasin.

    Dia menambahkan, dirinya mengakui bahwa bantuan yang diberikan kepadanya selama ini adalah pemberian beras raskin, sedangkan dirinya yang mampu bekerja sebagai nelayan, tak pernah didata untuk memperoleh bantuan pengembangan usaha sebagai nelayan, padahal dirinya tahu bahwa ada bantuan oleh pemerintah untuk meningkatkan usaha nelayan pesisir pantai.

    Sementara beberapa masyarakat yang bersama Maklon ditempat tersebut memberikan yaitu, Gaby ( 52 Thn), Hendrik ( 55 Thn), mewakili beberapa warga membernarkan pengeluhan Maklon, mereka mengatakan, Maklon adalah seorang Nelayan sejak kecil hingga kini, dia memiliki kemampuan bekerja sebagaimana seorang nelayan, Maklon mampu memancing dan memukat ikan serta mampu mengemudikan perahu bermotor menuju lokasi pencaharian ikan yang tepat, namun kerena selama ini belum ada yang membantu dirinya untuk meningkatkan usaha sebagai Nelayan, maka Maklon kini hanya mendayung sampan dan mengikuti lampara milik orang lain.

   Maklon menambahkan, banyak bantuan Perahu Lampara yang diberikan kepada kelompok-kelompok masyarakat di wilayahnya tetapi namanya tidak pernah terakomodir sebagai salah satu anggota nelayan dalam kelompok lampara tersebut, sehingga dirinya merasa seperti ada diskriminasi dalam memberikan kesempatan berusaha sebagai Nelayan di Kelurahan Namosain.” Saya heran, kenapa selalu saja nama saya dan keluarga saya tak pernah didata untuk terlibat dalam kelompok usaha nelayan lewat  lampara-lampara yang diberikan pemerintah di wilayah ini, apakah saya ini bukan masyarakat namosain ? “. Ucap  Maklon dengan suara penuh kekesalan.

    Kepada pemerintah kota Kupang, Maklon berharap adanya perhatian serius dan jika memberikan bantuan harus sesuai  data yang benar-benar sesuai kebutuhan masyarakat Nelayan, sehingga apa yang diberikan akan tepat sasaran dan tepat orang, katanya, data yang dimiliki pemerintah harus sesuai dengan hasil survey lapangan, jangan sampai data yang dimiliki karena adanya unsur nepotisme sehingga orang sebenarnya membutuhkan tidak mendapatinya, sedangkan orang yang sudah mapan dan kaya mendapati bantuan tersebut. Hal ini adalah suatu perbuatan tidak adil, “ Kalau bantuan-bantuan itu untuk menguatkan ekonomi rakyat kecil menuju hidup lebih baik, kenapa saya dan keluarga saya tak pernah diberikan kesempatan untuk mengembangkan usaha sebaga Nelayan ?, apakah saya bukan masyarakat nelayan di kelurahan Namosain ini ?, mohon pemerintah dari tingkat RT,RW,Kelurahan,Kecamatan maupun Kota, kalau memberikan bantuan nelayan, jangan terkesan pilih kasih”. Ungkap Maklon Nafu mengakhiri pengeluhannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar