“Seseorang caleg tiba-tiba menjadi dermawan dan
memberikan bantuan kepada masyarakat miskin, dia melakukan kegiatan amal
membantu Gereja atau Masjid . Dari segi terminologi hukum tidak termasuk dalam politik uang
tetapi secara substansi dia memberi tentu dengan niat
untuk dipilih. Inilah yang terkandung dalam pemberian itu. Kalau demikian niatnya,
itu namanya Politik Uang yang nantinya
akan membuat rakyat hidup sengsara selama 5 tahun kedepannya.” Hal ini diungkapkan oleh Pakar Hukum Tata Negara, Dr.John Tuba Helan,SH.M.Hum, ketika ditemui wartawan Tabloid Exodus Pos, di Kantor Bawaslu Provinsi
NTT, beberapa waktu yang lalu. Berikut Petikan wawancara dengannya :
Kepada Tabloid ini, Dr. John, mengatakan, pemilu adalah media untuk merekruit pemimpin Legislatif maup[un Eksekutif.
Menurutnya, hal ini sangat strategis karena pemimpin yang terpilih itu tentunya
ditentukan dengan kualitas Pemilu. Rakyat sebagai pemilik kekuasaan tertinggi
menentukan siapa yang harus menjadi wakil mereka di Pemerintahan dan
Legisdlatif, sehingga masyarakat harus menentukan hak dan tanggungjawabnya
lewat Pemilu itu.
CALEG YANG BAIK, BUKAN TIBA-TIBA JADI DERMAWAN DAN TUKANG AMAL
Menurutnya, rakyat harus memilih orang yang baik dan bukan memilih
orang-orang yang memberikan uang atau barang dengan cara amal dan dermawan
dadakan. Sekali lagi masyarakat harus memilih orang-orang yang baik, bukan
memilih orang-orang yang memberikan uang atau barang-barang dengan cara amal
dan dermawan yang dilakukan menjelang Pemilu Legislatif. Sekali lagi masyarakat
harus bertanggungjawab dalam memilih orang-orang yang baik untuk bisa
diharapkan mampu memperjuangkan nasib mereka lima tahun kedepan.
Dia menjelaskan, memang, sebenarnya secara rumusan undang-undang, beramal
itu tidak masuk dalam regulasi pelanggaran pemilu sebab beramal bagi Gereja,
Masjid dan orang miskin itu adalah hal yang sangat Manusiawi, tetapi yang
menjadi persoalan adalah beramal itu dilakukan pada saat menjelang Pemilu
Legislatif, sehingga apa yang diamalkan itu tentu dengan maksud untuk dipilih
masyarakat, hal ini sama saja Politik Uang.
FIGUR BERIKAN UANG DENGAN NIAT UNTUK DIPILIH, ITU NAMANYA
POLITIK UANG, FIGUR SEPERTI INI TIDAK BAIK BAGI RAKYAT
Dr.John melanjutkan bicaranya, saat ini kita lihat, orang memberikan sesuatu tentunya
dengan iming-iming untuk mendapat dukungan masyarakat. Misalnya , dia
kasih orang uang untuk diberikan pada orang lain lalu dia bilang, ini adalah
titipan dari bapak caleg, tentu dengan maksud
tertentu,
Memang dia tidak suruh orang memilih dia pada 9 April hari pencoblosan,
tetapi secara implisit dia telah mengajak orang untuk memilih
dirinya. Ini sama saja caleg melakukan politik uang. “ Dari segi terminologi hukum, menjadi dermawan atau beramal, memang tidak termasuk dalam politik uang, tetapi secara substansi, sang caleg memberikan sesuatu tentu dengan niat
untuk dipilih. Inilah yang terkandung dalam pemberian itu. Kalau terkandung niat seperti
itu maka, tentu bisa dikategorikan sebagai politik uang.” Ucapnya dengan nada tegas.
Dia menegaskan lagi, Jika
rakyat memilih caleg karena uang atau
barang, maka
kita akan susah lagi selama lima tahun. Caleg yang memberikan uang atau barang untuk menarik simpati masyarakat
merupakan cara yang tidak baik dan figur yang melakukan cara-cara ini adalah figure yang tidak
baik, karena dia tidak mampu
membawa isu-isu untuk menarik simpati masyarakat.
FIGUR YANG TIDAK BAIK, TIDAK BERMANFAAT BAGI RAKYAT SELAMA
5 TAHUN
Dia menjelaskan kenapa figur yang bermain uang adalah figur yang tidak
baik, katanya, Misalnya, Politik uang yang dilakukan oleh Calon incumbent, barangkali uang itu diperolehnya dari
hasil korupsi. Kalau calon pemula, mungkin uang itu dari hasil dia
utang, sehingga kalau jadi Anggota DPR/DPRD,
dia akan sibuk mencari uang menutupi utang-utangnya,
dan karena gajinya tidak cukup untuk membayar utang dan kebutuhan keluarga maka, dia pasti mencuri atau korupsi, dia pasti berkolusi
dengan Kepala Daerah atau Eksekutif lainnya,
agar bisa dapat uang banyak, kalau terjadi demikian
maka,
dia tidak akan bisa berjuang sepenuhnya untuk rakyat. Rakyat akan tetap
hidup susah dalam kesedihannya sendiri, inilah yang menjadi
persoalan kalau kita memilih caleg
karena uang atau barang. “ Kalau
rakyat mau memilih karena diberikan sesuatu, maka harapan hidup untuk lebih
baik akan menjadi sia-sia belaka,” tandasnya dengan
nada prihatin.
Doktor Ilmu Politik ini berharap, Masyarakat jangan memilih orang-orang seperti
itu, supaya tidak susah terus. Masyarakat jangan memilih karena uang sebab itu
adalah pembodohan keji, karena mereka
meremehkan martabat rakyat yang luhur itu.
KALAU RAKYAT TERLANJUR MENERIMA UANG TETAP PILIH FIGUR
YANG CERDAS DAN JUJUR AGAR RAKYAT DIPERHATIKAN SELAMA 5 TAHUN
Katanya, kalau
terlanjur sudah menerima pemberian caleg
tertentu, jangan
serta merta mau memilih mereka, pililah mereka yang cerdas
dan jujur, supaya dia bisa membuat kebijakan yang bagus
untuk membangun
rakyat selama lima tahun kedepannya,
karena, keuntungan bagi rakyat jauh lebih
besar daripada hanya terima uang 100 ribu, semen 5 sak, beras 10 kilogram dan lain sebagainya, tetapi setelah itu, rakyat susah lagi selama 5 tahun kedepan.
Dia berpendapat bahwa, orang baik itu cerdas karena punya wawasan dan pendidikan
yang bagus, juga tidak hanya punya pendidikan formal yang tinggi saja tetapi
yang punya pengalaman yang luas dalam hal membangun rakyat. Pilih orang yang
punya Integritas diri yang baik dan kejujuran hati yang
tulus mau membangun rakyat, orang-orang seperti inilah yang pantas
untuk dipilih masyarakat, karena mereka pasti bisa membuat
gebrakan - gebrakan untuk
mensejahterakan rakyat. “ Caleg yang cerdas dan jujur akan mampu berbuat bagi rakyat, jika
rakyat memilih orang-orang seperti itu, saya yakin, apa yang diharapkan oleh rakyat banyak, pasti
bisa terjawab,” ucapnya.
CALEG YANG GUNAKAN BEASISWA UNTUK MENARIK SIMPATI
MASYARAKAT, ITU NAMANYA PEMBODOHAN MASYARAKAT
Mengenai caleg incumbent yang
menggunakan beasiswa untuk menarik simpati rakyat.
Menurut Dr.John, , itu adalah hal yang sangat
keliru sebab beasiswa itu adalah uang rakyat yang di ambil dari 20 persen APBN.
Tanpa Caleg Incumbent itu juga, beasiswa tetap diberikan kepada anak-anak
sekolah. Kalau ada oknum caleg yang bilang beasiswa dia yang perjuangkan
sendiri dan berikan pada rakyat, itu adalah pembodohan masyarakat kita. Figur
yang koar-koar begitu adalah figure yang tidak baik. Jadi Caleg incumbent itu
salah satu orang yang turut memperjuangkan juga di DPR RI atau DPRD, tapi uang
itu adalah uang rakyat juga, tanpa dia pun, beasiswa tetap dilaksanakan.
BANTUAN BAGI MASYARAKAT DESA, BUKAN PERJUANGAN SALAH
SEORANG ANGGOTA DPR RI / DPRD SAJA
Tentang bantuan-bantuan kapal ikan dan bantuan uang
bagi rakyat desa. Menurutnya, Kalau
ada Caleg Incumbent yang bilang karena dirinya yang perjuangkan
maka,
itu juga tidak benar, itu
uang rakyat bukan uang pribadinya. Kalau uang pribadi mereka, maka beasiswa atau bantuan kapal maupun bantuan bagi masyarakat desa pasti langsung diberikan
saja oleh oknum caleg itu tanpa lewat aturan-aturan di Pemerintahan.
Sekali lagi, caleg-caleg incumbent itu hanya salah satu orang di
DPRRI atau di DPRD yang turut memperjuangkan bantuan-bantuan bagi masyarakat.
CALON INCUMBENT BERBUAT BAIK ITU KEWAJIBANYA, KARENA DIA DIPILIH DAN DIBERIKAN GAJI SERTA FASILITAS KOMPLIT OLEH RAKYAT
Dr.John mencermati, yang
terjadi sekarang ini, ada oknum caleg
incumbent yeng membagi - bagi dana bansos, membagi beasiswa yang adalah dari uang
Negara, tetapi mereka bilang itu hasil usaha
mereka, ini namanya pembodohan masyarakat. Menurutnya, harusnya,
rakyat diberikan pemahaman bahwa uang-uang itu adalah uang rakyat. Berikan
pemahaman
yang sebenarnya jangan terkesan menipu rakyat lagi.“Calon Incumbent itu
kan dipilih untuk berjuang bagi rakyat, jadi kalau ada
kebaikan yang dia perjuangkan maka itu adalah keberhasilan rakyat juga. Dia
memang dipilih untuk wajib perjuangkan rakyatnya, itu sudah menjadi kewajiban dia
berjuang bagi rakyat karena dipilih dan diberikan gaji serta fasilitas yang komplit karena rakyatnya,” tegasnya.
YANG BERKOAR-KOAR BANTUAN YANG DITERIMA MASYARAKAT ADALAH
PERJUANGANNYA, JUGA ADALAH PEMBODOHAN MASYARAKAT
Katanya, yang amat memprihatinkan lagi, ada Oknum Calon Incumbent yang
koar-koar diberbagai media tentang semua bantuan - bantuan
sosial yang diterima rakyat, itu karena dialah
yang berjuang, seakan-akan dirinya sendiri yang perjuangkan dan berhasil atau
dialah yang memberikan pada rakyat, itu namanya pembodohan dan penipuan terhadap masyarakat karena, semua itu adalah
uang Negara, uang rakyat yang diberikan kembali pada rakyat yang memang punya
hak menerimanya. “ calon seperti ini tidak perlu dipilih
sebab dia hanya ingin membodohi masyarakat saja, lalu kapan rakyat menjadi
cerdas dalam berpolitik ?, figure yang hanya mau bodohi
rakyat terus, mereka tidak baik dan tidak patut dipilih,” tandas Dr.John Tuba Helan, dengan nada keras.
Menurut Dr.Jhon Tuba Helan, kalau kita orang pintar, harusnya kita didik
rakyat menjadi pintar bukannya didik rakyat menjadi bodoh terus. Ini yang
namanya figure yang tidak baik, sukanya bodohi rakyat saja, tidak patut
dipilih. Sekali lagi, orang seperti itu tidak patut dipilih
rakyat.
JANGAN ANGGAP RAKYAT BODOH JADI GAMPANG DITIPU, BERIKAN
PENCERAHAN YANG SEBENARNYA AGAR RAKYAT CERDAS BERPOLITIK
Ada yang bilang pemberian kapal Pelni
misalnya pada NTT, ada yang bunyi-bunyi di berbagai media
seakan-akan dia punya, dia yang berikan. Itu keliru sekali. Itukan keputusan
bersama oleh Dewan dan Eksekutif, oleh
semua wakil di lembaga rakyat, bukan perjuangan si caleg ini, atau si caleg itu. Bantuan itukan hak yang harus diberikan oleh
pemerintah kepada rakyatnya. Jangan bunyi-bunyi seakan dia punya uang. Jadi kita semua punya kewajiban untuk
memberikan pencerahan kepada masyarakat agar jangan ditipu – tipu terus, jangan
kita anggap rakyat itu bodoh jadi gampang ditipu dan dibodohi. “ Sekali lagi, kita orang yang
mengerti harus bisa berikan pemahaman dan pencerahan yang benar bagi rakyat, terlebih bagi masyarakat yang
ada didaerah pinggiran agar tidak ditipu dan dibodohi,” ucap Dr.John Tuba Helan, mengakhiri perbincangan dengan Tabloid Exodus Pos. (001.Expos)