ntt-expos.com.
Kupang 27 Maret 2017. Redaksi.
Menyongsong Pilkada Gubernur NTT 2018-2023,
para calon pemimpin terbaik kita, kini berkeliling tanah flobamora untuk
memperkenalkan diri ditengah masyarakat sebagai bakal calon gubernur harapan semua
rakyat Nusa Tenggara Timur periode 2018-2023.
Bagi figur yang sudah dikenal reputasinya oleh masyarakat, tetap perlu juga
mengunjungi masyarakat untuk memberi tahu dan meminta restu kalau dirinya bakal
maju menjadi calon gubernur kita mendatang.
FIGUR
BICARA PROGRAM KERJA SECARA TERSELUBUNG
Walau sedikit terselubung dan melanggar
aturan KPU, ada juga figur tertentu menceriterakan secara gamblang kalau
dirinya akan melakukan aksi program unggulan untuk kesejahteraan masyarakat NTT
dengan mencontohkan hal-hal yang pernah dibuatnya.
Hal ini menjadi biasa karena tanpa menjual
ide program maka para figur kuatir tidak mendapat dukunbgan banyak masyarakat. Itulah
yang sering kita temui ketika figur-figur bakal calon pemimpin kita melakukan
kunjungan ke masyarakat diberbagai pelosok bumi Flobamora ini.
TIM
SUKSES FIGUR PEMIMPIN SALING FITNAH, MENODAI DEMOKRASI
Tetapi ada hal yang patut disesalkan sekali, lewat media sosial, kita lihat dan baca bahwa
para tim sukses dari sesama figur tertentu, saling menjelek-jelekan figur Yang
satu dengan figure yang lainnya padahal figure-figur itu berasal dari kader
partai yang sama.
Hal – hal seperti itu adalah cara tidak
terpuji dan tidak bermartabat yang tidak boleh terjadi di era demokrasi kita
yang semakin baik ini. Rakyat seolah-olah dipaksa untuk menjauhi dan memusuhi
figur-figur tertentu yang diisukan buruk, tidak mampu bahkan tidak punya
financial cukup sehingga tak layak menjadi calon gubernur NTT mendatang, padahal
kepribadian dan kemampuan figur yang dijelekan belum tentu sama dengan apa yang
disebarkan di medsos.
SALING
FITNAH DI MEDSOS BUKAN BUDAYA KITA
Secara terbuka di Media Sosial, para tim
sukses figure tertentu menabur kejelekan figur lain dan bahkan sampai menjurus
ke fitnah keji. Hal ini sangat tidak sesuai dengan budaya kita di tanah
flobamora yang masih teguh memegang tata
krama dan ajaran hidup adat isti adatnya.
Saling fitnah di medsos bukanlah budaya hidup
masyarakat Flobamora yang diagung - agungkan di bumi Indonesia tercinta.
Medsos yang harusnya dijadikan ajang menimba
informasi , pengetahuan dan ilmu pendidikan, ternoda dengan tulisan-tulisan jorok
yang melanggar etika hidup bernilai, dan penuh dengan potensi yang bisa memecah
belah kehidupan bersuku dan beragama.
Hal ini harus dicermati serius oleh para
tokoh masyarakat dan tokoh adat kita,
para aparat hukum, para akademisi, para kaum terpelajar dan maha terpelajar
kita di nusa Tenggara Timur, agar mengambil langkah-langkan tepat, sehingga saling
fitnah dan caci maki di medsos bisa segera perlahan dihentikan, kalau tidak,
akan merusak pola pikir generasi muda kita tentang arti hidup yang sebenarnya,
tentang demokrasi yang baik dan dan tentang arti pemimpin yang sesungguhnya.
TIMSUS
PARA FIGUR SATU PARPOL SALING FITNAH, TIMBUL KEBENCIAN DAN PERMUSUHAN
BERKELANJUTAN
Yang lebih prihatin sekali, tim sukses para figure bakal calon Gubernur,
yang sama-sama berasal dari satu partai, melakukan caci maki, penghinaan dan
meremehkan nama baik figur lain, padahal figur-figur itu berasal dari satu
partainya sendiri. Jika sudah begini, tentu akan merugikan dan menyulitkan perjuangan partai itu untuk berjuang memenangkan
ajang Pilkada Gubernur kita.
Mengapa demikian ? karena saling fitnah, caci
maki, akan melahirkan kebencian, kebencian akan melahirkan permusuhan yang
berkelanjutan dan pada akhirnya, ketika salah satu figur ditetapkan oleh parpolnya
menjadi calon pemimpin, maka figure lain yang tidak diakomodir beserta tim
suksesnya tidak mau bekerjasama mendukung figur yang telah ditetapkan parpol
mereka, lalu mereka berjuang mempengaruhi masyarakat untuk tidak memilih figur
yang ditetapkan parpol mereka tersebut.
PARA
PETINGGI PARPOL HARUS AMBIL SIKAP BIJAK
Para petinggi parpol yang sedang membiarkan
figur-figurnya bersosialisasi di tengah masyarakat, harus segera ambil tindakan
bijak, untuk menentukan figur mana yang akan ditetapkan oleh partai, sehingga
kesempatan yang ada, dapat digunakan untuk mempersatukan kembali rasa
kebersamaan antara Figur dan para tim sukses masing-masing, untuk bekerja sama
memenangkan figur pemimpin yang diusung oleh parpol tersebut.
SALING
FITNAH FIGUR SENDIRI, PENDUKUNG PECAH,
CALON PARPOL
BERPOTENSI KALAH PILKADA
Jika Para Petinggi Parpol membiarkan terlalu
lama para figure sendiri dalam satu Parpol sosialisasikan diri bersama tim
suksesnya dengan selalu menebar kejelakan dan kebencian bagi figure lain, sama
artinya membiarkan kader terbaik parpol itu maju Pilkada untuk menerima
kekalahan.
Kalau sudah terjadi demikian, maka bukan
figur pemimpin itu yang tidak dicintai rakyat, tetapi karena sudah terlalu
banyak musuh dalam selimut sendiri yang bekerja untuk memenangkan figure dari
Parpol lain. Dan hal ini bisa disimpulkan bahwa kegagalan yang dialami dalam
pilkada itu, terjadi karena kegagalan para petinggi parponya sendiri dalam upaya
mempersatukan pendukungnya untuk memilih calon pemimpin yang dingini.
Dan yang paling disesalkan sekali bahwa sang
figure yang kalah tersebut adalah Figur Pemimpin terbaik parpol yang memiliki
potensi besar mampu membawa masyarakat NTT menuju hidup yang lebih baik.
REDAKSI.001.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar